Labels

Blogroll

href="http://alatmedia.blogspot.com">

Add to Google Reader or Homepage

Senin, 13 Februari 2012

Kamis, 02 Februari 2012

puisi baru


Puisi

Mars, Sahabatku !
Masihkan kau berkenan kusapa Sahabatku ?
Sungguh aku sangat “menyesal”, Mars,
Apakah penyesalanku ini masih berguna bagi seorang “Mars”?
(Aku sangat tahu jawabanmu, sahabat…)
(“Penyesalan tak ada gunanya, Nasi sudah jadi bubur !”)
Tapi, dihari ini aku ingin kau tetap tahu…
Aku sangat menyesal & penyesalan itu hanya dapat ku rasakan dalam hatiku sendiri,
Sungguh aku sangat menyesali, atas apa yang telah kulakukan padamu,
Aku sangat tahu sahabat,
Kau pasti kesal, marah, kecewa bahkan mulai benci padaku,
Aku sangat tahu sahabat,
Ada sepotong hati yang luka karena kelakuanku,
Mars, Sahabatku !
Masihkan kau mau mendengar suaraku Sahabat ?
Sudilah kau mema’afkanku,
Atas yang telah kulakukan padamu,
Ma’afkan kekhilafanku,
Sungguh aku mohon ma’afkan sahabat…
Mars, Sahabatku !
Masihkan kau rasa aku seorang Sahabat bagimu ?
Aku tak ingin jika aku kehilangan sahabat sepertimu,
Aku tak mau jauh dari seorang sahabat sepertimu,
Aku tak rela hari-hari ini hampa karena marah yang ada di hatimu,
Mars, sahabatku,
Yang ku mau hanyalah kata ma’af darimu
(Meski aku sangat tahu)
(Mungkin aku memang tak pantas kau ma’afkan)
Tapi kuberharap dan mohon dengan sangat,
Sepotong kata Ma’af,…ma’af…. & ….ma’af darimu,
Sekali lagi aku hanya minta sepotong darimu,
Maa’afkan aku, Sahabatku Mars…
(Semoga jika kau berkenan memberikan sepotong kata itu untukku, )
(Semoga kau akan tetap berkenan menaburkan tinta warna yang indah, )
(Bagi persahabatan kita, )
Aku tak pernah bosan menunggu,
Agar Kau, Aku, Kita selalu seindah pesona warna dalam hati,
Dalam hati sanubari “Persahabatan Kita”
(Puisi ini merupakan penyesalanku yang hanya bisa kuungkapkan lewat taburan tinta,
dan aku harap “MA’AF” darimu “Mars” Sahabatku)
Puisi ini kepersembahkan untuk : “Mida”
Semoga persahabatanmu terjalin kembali.
Semoga bermanfa’at & memberi inspirasi

Selasa, 10 Januari 2012

ilmu kalam


SALAF
(IBN HANBAL DAN IBN TAIMIYAH)
1. Pengertian
Salaf artinya ulama terdahulu. Dan salaf dimaksudkan untuk merujuk generasi sahabat, tabi’i, tabi’in. (Menurut Thablawi)
Salaf adalah ulama-ulama shaleh yang hidup pada tiga abad pertama islam.
  1. IMAM AHMAD BIN HANBALI
a. Riwayat Singkat Hidup Ibn Hanbal
Ia dilahirkan di Bagdad tahun 164 H/780 M, dan meninggal 241 H/ 855 M. dan ia lebih dikenal dengan nama Imam Hanbali karena merupakan pendiri Mazhab Hanbali.
Ibnu Hanbal dikenal sebagai Zahid hamper setiap hari ia puasa dan hanya tidur sebenatr malam hari dan seorang yang dermawan. Diantar murid-murid Ibn Hanbal adalah Ibn Taimiyah, Hasan bin Musa, Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Abu Zuhrah Ad-Damsyiqi .dll.
b. Pemikiran Teori Ibn Hanbal
- Tentang ayat-ayat Mutasyabihat
Dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an Ibn Hanbal lebi suka menerapkan pendekatan tekstual daripada pendekatan ta’wil terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan dan ayat-ayat mutasyabihat.
- Tentang Status Al-Qur’an
Salah satu persoalan yang di hadapai Ibn Hanbal yang kemudian membuat dirinya dipenjara beberapa kali. Ibn Hanbal mengatakan Al-Qur’an tidak diciptakan,hal ini sejalan dengan pola pikirnya yang menyerahkan ayat-ayat yang berhubungan dengan sifat Allah kepada Allah dan Rasulnya.
  1. IBN TAIMIYAH
a. Riwayat Singkat Ibn Taimiyah
Nama lengkapnya adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abi Al-Halim bin Taimiyah, ia dilahirkan di Harran pada hari senin tanggal 10 Rabiul Awwal tahun 661 H dan meninggal di penjara pada malam Senin tanggal 20 Dzul Qaidah tahun 729 H. Dikatakan oleh Ibrahim Madkur Taimiyah adalah merupakan seorang salah yang kurang memberikan ruang gerak kepada akal, ia adalah murid yang muttaqi , wara, dan Zuhud. Ibn Taimiyah sangat cerdas sehingga umur 17 tahun ia telah dipercaya untuk memberikan pandangan mengenai masalah hukum secara resmi. Sehingga banyak yang irihati kepadanya dan pada awal 1306 M Ibn Taimiyah dipanggil ke Kairo kemudian di penjara sampai beliau wafat.
b. Pemikiran Teologi Ibn Taimiyah
Menurut Ibrahim Madkur adalah :
- Sangat berpegang teguh terhadap nas Al-Qur’an dan Al-Hadist
- Tidak memberi ruang gerak yang bebas pada akal
- Di dalam islam ada 3 generasi saja (sahabat, tabi’in dan tabi’i tabi’in)
- Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap mentanzihkan-Nya.

Kamis, 29 Desember 2011

MAKALAH TENTANG PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU

www.el-nanda.blogspot.com
MAKALAH TENTANG PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara.Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Oleh karena itu setiap warga Negara berhak untuk mendapatkan pendidikan. Seperti tercantum di dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab III ayat 5 dinyatakan bahwa setiap warganegara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan.Hal ini menunjukkan bahwa anak berkelainan berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya (anak normal) dalam pendidikan.
2. Rumusan Masalah
Apakah Defenisi dari Pendidikan ?
Apakah Defenisi dari Ilmu ?
Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan sebagai Ilmu ?
Apakah yang dimaksud dengan Pondasi Pendidikan ?
3. Tujuan
Untuk mengetahui defenisi dari Pendidikan
Untuk mengetahui defenisi Ilmu
Untuk mengetahui Pendidikan sebagai Ilmu
Untuk mengetahui Pondasi Pendidikan
4. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dalam makalah ini adalah untuk penulis dan pembaca adalah untuk menambah ilmu pengetahuan tentang Pendidikan dan sangat pentingnya pendidikan bagi setiap warganegara,guna memecahkan permasalahan hidup yang mereka emban.
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI PENDIDIKAN
1.1 Definisi Awam
Definisi awam : “Suatu cara untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik”.
“Tujuannya untuk mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi seseorang”.
1.2 Menurut Kamus dan Ensiklopedi
a. Kamus Besar Bahasa Indonesia : “pendidikann proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, pembuatan mendidik;”
b. Ensiklopedi Wikipedia: Education is a social science that encompasses teaching and learning specific knowledge, beliefs, and skills. The word education is derived from the Latin educare meaning “to raise”, “to bring up”, “to train”, “to rear”, via “educatio/nis”, bringing up, raising.
1.3 Menurut Undang-Undang
a. UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989 : “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”
b. UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat



1.4 Menurut Bahasa (etimologi)
a. Bahasa Yunani : berasal dari kata Pedagogi, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Itulah sebabnya istilahpedag ogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children).
b. Bahasa Romawi : berasal dari kata educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia.
c. Bangsa Jerman : berasal dari kata Erziehung yang setara dengan educare, yaitu : membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak.
d. Bahasa Jawa : berasal dari katapanggu lawentah (pengolahan), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak.
1.5 Menurut Para Ahli Pendidikan
a. Menurut para ahli, definisi pendidikan adalah “Berbagai upaya dan usaha yang dilakukan orang dewasa untuk mendidik nalar peserta didik dan mengatur moral mereka” (Warta Politeknik Negeri Jakarta, April 2007)
b. Langefeld : Mendidik adalah membimbing anak dalam mencapai kedewasaan
c. Heageveld : Mendidik adalah membantu anak dalam mencapai kedewasaan
d. Bojonegoro : Mendidik adalah memeri tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangannya sampai tercapai kedewasaan
e. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
f. Rosseau : Mendidik adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, tapi dibutuhkan pada masa dewasa.
g. Darmaningtyas mengatakan tentang difinisi pendidikan yaitu pendidikan sebagai usaha dasar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup dan kemajuan yang ledih baik.

1.6 Definisi menurut ilmu psikologi
Definisi psikologi : “Mencakup segala bentuk aktivitas yang akan memudahkan dalam kehidupan bermasyarakat” dengan hasil : “Mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi atau akibat dari partisipasi individu dalam kegiatan belajar.
Untuk mengatahui definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan, kita telah memiliki rumusan formal dan operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2. DEFINISI ILMU
ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah umum. (Nazir, 1988)
konsepsi ilmu pada dasarnya mencakup tiga hal, yaitu adanya rasionalitas, dapat digeneralisasi dan dapat disistematisasi (Shapere, 1974)
pengertian ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subjektif dan konsistensi dengan realitas sosial (Schulz, 1962)
Definisi ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (apabila dilihat dari luar), maupun menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam). (Mohammad Hatta)
Definisi ilmu dapat dimaknai sebagai akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris.Ilmu dapat diamati panca indera manusia. Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada para ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,…maka…” (Harsojo, Guru Besar Antropolog, Universitas Pajajaran)


2.1 SYARAT-SYARAT ILMU
Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi persyaratan-persyaratan, sebagai beriku. ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan alam (kosmologi) maupun tentang manusia (Biopsikososial). Lorens Bagus (1996) menjelaskan bahwa dalam teori skolastik terdapat pembedaan antara obyek material dan obyek formal. Obyek formal merupakan obyek konkret yang disimak ilmu. Sedang obyek formal merupakan aspek khusus atau sudut pandang terhadap ilmu. Yang mencirikan setiap ilmu adalah obyek formalnya. Sementara obyek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain.
ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi pendekatan dan teknik tertentu. Metode ini dikenal dengan istilah metode ilmiah. Dalam hal ini, Moh. Nazir, (1983:43) mengungkapkan bahwa metode ilmiah boleh dikatakan merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interrelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Almack (1939) mengatakan bahwa metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesutu interrelasi. Selanjutnya pada bagian lain Moh. Nazir mengemukakan beberapa kriteria metode ilmiah dalam perspektif penelitian kuantitatif, diantaranya: (a) berdasarkan fakta, (b) bebas dari prasangka, (c) menggunakan prinsip-prinsip analisa, (d) menggunakan hipotesa, (e) menggunakan ukuran obyektif dan menggunakan teknik kuantifikasi. Belakangan ini berkembang pula metode ilmiah dengan pendekatan kualitatif. Nasution (1996:9-12) mengemukakan ciri-ciri metode ilimiah dalam penelitian kualitatif, diantaranya : (a) sumber data ialah situasi yang wajar atau natural setting, (b) peneliti sebagai instrumen penelitian, (c) sangat deskriptif, (d) mementingkan proses maupun produk, (e) mencari makna, (f) mengutamakan data langsung, (g) triangulasi, (h) menonjolkan rincian kontekstual, (h) subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti, (i) verifikasi, (j) sampling yang purposif, (k) menggunakan audit trail, (l)partisipatipatif tanpa mengganggu, (m) mengadakan analisis sejak awal penelitian, (n) disain penelitian tampil dalam proses penelitian.
Pokok permasalahan(subject matter atau focus of interest). ilmu mensyaratkan adanya pokok permasalahan yang akan dikaji.
2.2 KARAKTERISTIK ILMU
Ilmu mempunyai beberapa karakteristik, adapun karakteristik ilmu menurut beberapa pakar ilmu dapat diuraikan sebagai berikut :
2.2.1 Randall dan Buchker (1942)
mengemukakan beberapa ciri umum ilmu diantaranya :
Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang menyelidiki adalah manusia.
Ilmu bersifat obyektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi.
2.2.2 Ernest van den Haag (Harsojo, 1977)
Mengemukakan ciri-ciri ilmu, yaitu :
a. Bersifat rasional, karena hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal (rasio).
b. Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh panca indera.
c. Bersifat umum, hasil ilmu dapat dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali.
d. Bersifat akumulatif, hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian selanjutnya.
2.2.3 Ismaun (2001)
Mengetengahkan sifat atau ciri-ciri ilmu sebagai berikut :
Obyektif; ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak berdasarkan pada emosional subyektif,
Koheren; pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan;
Reliable; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keterandalan (reabilitas) tinggi,
Valid; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun eksternal,
Memiliki generalisasi; suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum,
Akurat; penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi, dan
Dapat melakukan prediksi; ilmu dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal.
3. PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU
Adapun pengertian pendidikan sebagai ilmu menurut para pakar adalah sebagai berikut :

S. Brojonegoro, ilmu pendidikan yaitu teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan, dalam arti luas ilmu pendidikan yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.
Carter V. Good, suatu bangunan yang sistematis mengenai aspek-aspek kuantitatif, objektif dan proses belajar, menggunakan instrument secara seksama dalam mengajukan hipotesis-hipotesis pendidikan untuk diuji dan pengalaman seringkali dalam eksperimental.
Imam Barnadib, ilmu yang membicarkan masalah-masalah umum pendidikan secara menyeluruh dan abstrak. Ilmu pendidikan bercorak teoritis dan bersifat praktis.
Driyarkara, pemikiran ilmiah yang bersifat kritis, metodis, dan sistematis tentang realitas yang disebut pendidikan.
3.1. Persyaratan Pendidikan Sebagai Ilmu
Suatu kawasan studi dapat tampil sebagai disiplin ilmu, bila memenuhi syarat-syarat :
3.1.1 Memiliki objek studi (formal dan material)
Objek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia. Objek formalnya adalah menelaah fenomena pendidikan dalam perspektif yang luas dan integrative.
3.1.2 Memiliki sistematika
Sistematika ilmu pendidikan dibedakan menjadi 3 bagian yaitu,
(1) Pendidikan sebagai gejala manusiawi, dapat dianalisis yaitu adanya komponen pendidikan yang saling berinteraksi dalam suatu rangkaian keseluruhan untuk mencapai tujuan.
Komponen pendidikan itu adalah :
(a) tujuan pendidikan,
(b) peserta didik,
(c) pendidik,
(d) isi pendidikan,
(e) metode pendidikan,
(f) alat pendidikan
(g) lingkungan pendidikan.
(2) Pendidikan sebagai upaya sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia. Menurut Noeng Muhadjir sistematika ini bertolak dari fungsi pendidikan, yaitu : (a) menumbuhkan kreatifitas peserta didik, (b) menjaga lestarinya nilai insani dan nilai ilahi, (c) menyiapkan tenaga produktif.
(3) Pendidikan sebagai gejala manusiawi. Menurut Mochtar Buchori ilmu pendidikan mempunyai 3 dimensi : (1) dimensi lingkungan pendidikan, (2) dimensi jenis-jenis persoalan pendidikan, (3) dimensi waktu dan ruang.
3.1.3 Memiliki metode
Memliki metode-metode dalam ilmu pendidikan :
(1) Metode normative, berkenaan dengan konsep manusiawi yang diidealkan yang ingin dicapai.
(2) Metode eksplanatori, berkenaan dengan pertanyaan kondisi, dan kekauatan apa yang membuat suatu proses pendidikan berhasil.
(3) Metode teknologis, berkenaan dengan bagaimana melakukannya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
(4) Metode deskriptif, fenomenologis mencoba menguraikan kenyataan-kenyataan pendidikan dan lalu mengklasifikasikannya.
(5) Metode hermeneutis, untuk memahami kenyataan pendidikan yang konkrit dan historis untuk menjelaskan makna dan struktur dan kegiatan pendidikan.
(6) Metode analisis kritis, menganalisis secara kritis tentang istilah, pernyataan, konsep, dan teori yang ada dalam pendidikan.
3.2 Sifat-Sifat Ilmu Pendidikan
Empiris, karena objeknya dijumpai dalam dunia pengalaman.
Rokhaniah, karena situasi pendidikan berdasar atas tujuan manusia tidak membiarkan pesrta didik kepada keadaan alamnya.
Normatif, karena berdasar atas pemilihan antara yang baik dan yang buruk. Ilmu pendidikan itu selalu berurusan dengan soal siapakah “manusia” itu. Pembahasan mengenai siapakah manusia itu biasanya termask bidang filsafat, yaitu filsafat antropologi. Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar pengaruhnya terhadap konsep serta praktik-praktik pendidikan. Karena pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu bangsa yang melakukan pendidikan.
Histories, karena memberikan uraian teoritis tentang sitem-sistem pendidikan sepanjang jaman dengan mengingat latar belakang kebudayaan dan filsafat yang berpengaruh pada jaman tertentu.
Teoritis dan Praktis, Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai mengatur dan mensistemkan di dalam swapikirnya masalah yang tersusun sebagai pola pemikiran pendidikan. Jadi dari praktik-praktik pendidikan disusun pemikiran-pemikiran secara teoritis. Pemikiran-pemikiran teoritis inilah yang disusun dalam satu system pendidikan yang biasa disebut Ilmu Mendidik Teoritis.
Terdapat hubungan antara ilmu mendidik teoritis, sistematiss dan histories. Apa sajakah yang dapat disumbangkan sejarah pendidikan bagi teori pendidikan maupun praktik pendidikan?. Meskipun ilmu mendidik sistematis mendahului ilmu mendidik histories, akan tetapi ilmu mendidik histories juga memberikan bantuan dan memperkaya ilmu mendidik sistematis.
Selanjutnya adalah bagaimana hubungan antara ilmu mendidik histories dan ilmu mendidik praktis. Seorang maha guru ilmu mendidik JM. Guning berkata : teori tanpa praktek adalah baik pada human cerdik cendikiawan dan praktek tanpa teori hanya terdapat pada orang gila dan penjahat – penjahat namun alangkah lebih sempurnanya ilmu pendidikan itu dilakukan dengan cara teori dan praktek secara bersama-sama.
Untuk lebih memahami bahwa ilmu pendidikan itu adalah yang memerlukan pemikiran yang teoritis , adalah bahwa setiap pendidik memerlukan kritik- kritik sumbangan pemikiran dari para ahli atau orang lain, ia dapat belajar dari catatan-catatan kritik saran dari orang lain, yang pada akhirnya dapat dikatakan bahwa ia belajar berdasarkan teori.
3.3 Pengembangan Pendidikan
Menurut Van Cleve Morris, fondasi pendidikan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Fondasi histories dan filosofis tentang pendidikan,
Sejarawan ingin mengetahui bagaimana kita sampai disini. Filsuf pendidikan ingin mengetahui bagaimana manusia memikirkan kehidupan secara keseluruhan akhirnya sejarawan dan filsuf pendidikan berpendapat bahwa tidak ada guru yang mengetahui apa yang sedang ia perbuat jika ia tidak dapat melihat pekerjaan profesionalnya dalam konteks suatu lingkungan masa sekarang mengenal ideologi pendidikan yang berkompetisi.
b. Fondasi sosiologis dan psikologis.
Ahli sosilogi pendidikan ingin mengetahui bagaimana dampak masyarakat pada pertumbuhan anak. Ahli psikologi pendidikan ingin mengetahui apa yang terjadi apabila belajar terjadi dan apa yang harus dilakukan untuk menjadikan belajar terjadi setiap hari. Akhirnya ahli sosiologi dan psikologi pendidikan berpendapat bahwa tidak ada guru yang mengetahui apa yang sedang ia perbuat jika ia tidak dapat mengenal seberapa banyak anak belajar dan orang lain selain guru, dan memahami teori-teori belajar yang pokok dimana pengajaran modern didasarkan.
4. PONDASI PENDIDIKAN
Pendidikan sebagai fenomena yang melekat dalam kehidupan manusia, di dalamnya senantiasa ada upaya yang bertujuan untuk memanusiakan manusia itu sendiri, sistem pendidikan bertujuan ”to improve as a man”. Pendidikan pada hakekatnya adalah ”process leading to the enlightement of mankind” . Pendidikan merupakan suatu upaya mengembangkan atau mengaktualisasikan seluruh potensi kemanusiaan ke taraf yang lebih baik dan lebih sempurna.
Pendidikan tidak hanya dipandang kegiatan investasi untuk masa depan, namun harus berbicara sampai sejauh mana mampu memberikan kontribusi positif bagi penyelesaian permasalahan kekiniaan. Masa lampau menjadi pondasi dasar untuk pijakan bagi pengembangan selanjutnya. Sehingga dengan istilah lain dasar pengembangan pendidikan berpijak pada akar historis, akar filosofis, akar sosiologis dan akar psikologis. Dasar pengembangan atau lebih dikenal dengan fondasi-fondasi pendidikan yang merupakan fakta-fakta dan prinsip-prinsip dasar yang melandasi pencarian kebijakan-kebijakan dan praktik pendidikan yang berharga dan efektif. Prinsip-prinsip ini adalah dasar dibangunnya rumah pendidikan. Jika dasar itu adalah substansial, sandaran dari struktur itu kemungkinan akan kuat, dan sebaliknya
Dasar pengembangan atau lebih dikenal dengan fondasi-fondasi pendidikan yang merupakan fakta-fakta dan prinsip-prinsip dasar yang melandasi pencarian kebijakan-kebijakan dan praktik pendidikan yang berharga dan efektif. Prinsip-prinsip ini adalah dasar dibangunnya rumah pendidikan. Jika dasar itu adalah substansial, sandaran dari struktur itu kemungkinan akan kuat, dan sebaliknya. (Sanford W. Reitman, 1977).
4.1 Pondasi Historis
mengandung beberapa substansi, yaitu : 1. Membimbing untuk menilai ide-ide yang masih survive dari masa lampau dan mendorong kita untuk menolak ide-ide yang sudah tidak sesuai, 2. Membantu kita untuk menjadi ”intelligent thinking educational workers”, 3. Membantu untuk memilih tujuan, isi pendidikan, dan proses pendidikan modern, 4. Memberikan bahan-bahan untuk pemikiran pendidikan secara kreatif, 5. Menstimulasi kita untuk melengkapi karya para tokoh besar dan melaksanakan ide–ide mereka sesuai dengan kondisi sekarang, 6. Mengembangkan sikap yang berharga seperti kerendahan hati dan kesabaran, 7. Memberikan pengetahuan yang berharga tentang perkembangan peradaban, 8. Sebagai pendekatan yang baik untuk studi tentang prinsip-prinsip pembaharuan social, industri dan politik. (Elmer Harrison Wilds, 1957).
4.2 Pondasi Filosofis
memberikan makna bahwa hakekat pendidikan adalah proses pengembangan seluruh potensi kemanusiaan baik fisik-jasmaniahnya maupun psikhis-roklhaniahnya kearah yang lebih sempurna, lebih baik dan lebih bijaksana. Pendidikan itu upaya untuk memerdekakan manusia dalam arti bahwa manusia menjadi manusia yang mandiri, agar tidak tergantung kepada orang lain. Kemerdekaan terdiri dari mandiri, berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain dan megatur dirinya sendiri. Pendidikan berarti pula sebagai daya upaya untuk memajukan pengembangan budi pekerti (kekuatan batin), fikiran (“intellect”) dan jasmani. Maksudnya ialah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan peserta didik, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya.(Ki Hajar Dewantara 1956)
4.3 Pondasi sosiologis
memberikan beberapa makna bagi pengembangan pendidikan, yakni :
Apresiasi terhadap adanya kenyataan pluralitas budaya dalam masyarakat,
Pengakuan terhadap harkat manusia dan hak asasi manusia,
Pengembangan tanggungjawab masyarakat dunia
Pengembangan tanggungjawab manusia terhadap planet bumi.(Tilaar, 2003)
Peran pendidikan dipahami bukan saja dalam konteks mikro (kepentingan anak didik melalui proses interaksi pendidikan) melainkan juga dalam konteks makro, yaitu kepentingan masyarakat bangsa, negara dan kemanusiaan. Hubungan antara pendidikan dan masyarakat berarti mencakup hubungan pendidikan dengan perubahan sosial, tatanan ekonomi, politik dan negara. Maka dituntut mampu memperhitungkan dan melakukan antisipasi perkembangan sosial, ekonomi, politik secara simultan. Peserta didik dipandang sebagai orang yang merupakan bagian dari masyarakat, sehingga proses pendidikan harus memiliki orientasi terhadap masyarakat. Pendidikan adalah sebuah proses sosial bagi orang yang belum maupun sudah dewasa untuk menjadi bagian aktif dan partisipatif dalam masyarakat.


4.4 Pondasi Psikologis
mengandung beberapa dimensi. Perkembangan manusia dialami sepanjang rentang kehidupan manusia, dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai saat bayi dilahirkan (masa prenatal), masa bayi, masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak akhir, masa remaja, masa dewasa dini, masa dewasa madya, dan masa usia lanjut. Tiap-tiap tahap perkembangan memiliki karakteristik perilaku yang berbeda satu sama lain, dan masing-masing karakteristik perkembangan masih dibedakan berdasar tinjauan dari aspek fisik, kognitif, dan sosial emosional. Para pendidik perlu memahami karakteristik perkembangan diri peserta didiknya, agar pendidikan yang diberikan dapat disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangannya.
Pengejawantahan fondasi-fondasi pendidikan menjadi fondasi dasar pengembangan pendidikan yang di teruskan pada konteks aksi riel di dunia nyata pendidikan memerlukan pemikiran yang mendalam dan komprehensif. Pada praktiknya, program pendidikan harus senantiasa dikawal dan dikembalikan pada empat akar pendidikan diatas.












BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah umum.
Pendidikan sebagai ilmu yaitu teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan, dalam arti luas ilmu pendidikan yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.
Pendidikan sebagai fenomena yang melekat dalam kehidupan manusia, di dalamnya senantiasa ada upaya yang bertujuan untuk memanusiakan manusia itu sendiri, sistem pendidikan bertujuan ”to improve as a man”. Pendidikan pada hakekatnya adalah ”process leading to the enlightement of mankind” . Pendidikan merupakan suatu upaya mengembangkan atau mengaktualisasikan seluruh potensi kemanusiaan ke taraf yang lebih baik dan lebih sempurna.
2. Saran
Saran yang bisa diambil dari makalah ini adalah tetap terus tingkatkan pendidikan kita,tetap semangat meski dalam kenyataan,negara kita tertinggal akan tingkat pendidikannya.Namun jangan juga menganggap bahwa negara kita tidak akan pernah maju dengan tingkat pendidikan yang rendah,akan tetapi yakinlah,perlahan negara kita menuju ke keadaan yang lebih baik.

Kamis, 22 Desember 2011

makalah studi islam

ISLAM SEBAGAI SASARAN STUDI DAN PENELITIAN
1. 1.ISLAM SBG DOKTRIN
2. 2.ISLAM SEBAGAI GEJALA SOSIAL
3. 3.ISLAM SEBAGAI BUDAYA
4. 4.ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH
ISLAM SEBAGAI DOKTRIN
Untuk penelitian agama yang sasarannya adalah agama sebagai doktrin. Agama sebagai teologi, tidak terbatas hanya sekedar menerangkan hubungan antara manusia dengan Tuhan [Transendental] saja, tetapi tidak terelakan adalah melibatkankesadaran berkelompok [sosiologis], kesadaran pencarain asal-usul agama [antropologi], pemenuhan kebutuhan untuk membentuk kepribadian yang kuat dan ketenangan jiwa [psikologis] bahkan ajaran agama tertentu dapat diteliti sejauh mana keterkaitan ajaran etikanya dengan corak pandangan hidup yang memberi doronganyang kuat untuk memperoleh derajat kesejahteraan hidup yang optimal [ekonomi].
Apabila kita memandangan agama sebagai doktrin yangsacral, suci dan tabuh, maka tertutup untuk kajian-kajian atau penelitian. Tetapi, apabila kajian-kajian diarahkan pada elemen-elemen agama, maka terbuka pintu untuk melakukan penelitian dan bahkan metodologi penelitian sudah pernah dirintis, yaitu ilmu ushul fiqh sebagai metode untuk men gistimbatkan hukum dalam agama Islam, dan ilmu musthalah hadis sebagai metode untuk menilai akurasi dan kekuatan sebab-sebab Nabi [hadis],merupakan bukti adanya keinginan untuk mengembangkan metodologi penelitian.
Al-Qur’an bukan semata-mata teks puji-pujian ataupun tuntutan kesalehan pribadi dan sama halnya, karier kerasulan Nabi Muhammad juga diarahkan kepada perbaikan moral manusia dalam artian yang konkrit dan komunal, bukan hanya sekedar kepada hal-hal yang bersifat pribadi dan metafisik saja. Dengan sendirinya mendorong para ahli hukum dan intelektual muslim untuk memandang al-Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai sumber yang mampu menjawab semua persoalan [Fazlur Rahman, 1985: 2].
Sebelum mendekati agama, memang amat perlu mengetahui sasaran yang akan didekati, yaitu agama atau kepercayaan yang terjadi karena adanya dipandang mahakuasa menjadi sumber dari segala sesuatu. Dalam berbagai disiplin ilmu sosial dipelajari adanya dua macam agama yaitu:

a. Agama Alam, atau sering juga disebut agama suku bangsa primitif, disebut juga “innerweltlich religion”. Berbagai sebutan yang diberikan kepada agama itu, sesuai dengan dasar kepercayaannya, seperti animisme, dinamisme, polytheismedan ada yang menyebut dengan agama leluuhur, kepercayaan nenek moyang; paganisme, syamanisme dengan berbagai ritus dan perbuatan-perbuatan keagamaan dengan aneka sebutan, sepeti dewa, Tuhan, dan lain-lain seolah-olah berada dalam dalam kehidupan manusia, tetapi kuasa memberikan kekuatan-kekuatan atau kesaktianpada manusia yang menguasai tata cara untuk memperoleh kekuatan sakti itu.

b. Agama Pro fetis, yang biasanya juga disebut agama samawi,yaitu agama yang diturunkan oleh Khalik [Pencipta] melalui utusan atau nabi-Nya kepada manusia.Agama yang tergolong jenis ini, adalah agama Islam, Nasrani, dan Yahudi. Tuhan atau Khalik Yang Maha Pencipta, berkuasa atas segala sesuatu [makhluk-Nya] berada di luar makhluk, dan menentukan sendiri kehendak-Nya dan tidak tergantung pada makhluk-Nya [Mattulada, dlm Taufik Abdullah dan Rusli Karim, 1989:2]

Dalam perkembangan kegamaan, ilmu-ilmu pengetahuan sosial dan antropologi budaya telah mengembangkan metode-metode ilmiah dalam penelitian agama-agama alam, kepercayaan suku-suku bangsa primitif. Agama-agama itu dilihat sebagai fenomena kehidupan kebudayaan para penganutnya. Adapun agama-agama profetis, ilmu pengetahuan modern juga telah melakukan pengkajian-pengkajian atasnya. Marx, Durkheim hingga Weber, memang telah banyak mengkaji tentang agama Nasrani dan Yahudi, tetapi amat sepele perhatiannya terhadap Islam. Pengkajian terhadap agama Islam mulai timbul seiring dengan perkembangan pengkajian ilmu perbandingan agama, yang dilatarbelakangi oleh factor kepustakaan Islam yang langkah, tidak memadai dan eksklusif [Mattulada, dlm Taufik Abdullah dan Rusli Karim, 1989:2].

Masalah keagamaan, merupakan masalah yang selalu hadir dalam sejarah kehidupan manusia sepanjang zaman dan sama dengan masalah kehidupan lainnya. Perilaku hidup beragama yang amat luas tersebar di permukaan bumi dan dikatakan menjadi “bagian dari hidup kebudayaan” yang dapat dikembangkan dalam aneka corak yang khas antara suatu lingkup sosial-budaya berbeda dengan lingkup sosial budayalainnya. “Fenomena keagamaan yang berakumulasi pada pola perilaku manusia dalam kehidupannya beragama adalah perwujudan dari “sikap” dan “perilaku” manusia yang menyangkut dengan hal-hal yang dipandang sacral, suci, keramat yang berasalan dari suatu kegaiban.

Sedangkan ilmu pengetahuan, dalam hal ini ilmu pengetahuan sosial dengan caranya masing-masing, atau metode, teknik dan peralatannya, dapat mengamati secara cermat perilaku manusia itu, hingga menemukan segala unsure yang menjadi komponen terjadinya perilaku tersebut. Ilmu sejarah mengamati proses terjadinya perilaku itu, ilmu sosiologi menyoroti dari sudut posisi manusia yang membawanyakepada perilaku itu, sedangkan ilmu antropologi memperhatikan terbentuknya pola-pola perilaku tersebut dalam tatanan nilai [value] yang dianut dalam kehidupan manusia [Mattulada, dlm Taufik Abdullah dan Rusli Karim, 1989:1]
Apabila, kita mencoba menggambarkannya dalam pendekatan sejarah, sosiologi, dan antropologi secara sintetik, maka fenomena keagamaan itu berakumulasi pada “pola perilaku manusia” didekati dengan menggunakan ketiga model pendekatan sesuai dengan posisi perilaku itu dalam konteksnya masing-masing [Mattulada, dlm Taufik Abdullah dan Rusli Karim, 1989:1].
Uraian di atas, membatasi diri pada upaya menemukan metode yang tepat bagi penelitian dalam studi Islam. Karena itu, tekanan utama dititikberatkan pada segi-segi metodologi stusi Islam, yaitu aspek-aspek ajaran Islam yang dapat didekati secara ilmiah yang relevan dan perkembangan pengkajian Islam di masa depan.

Senin, 19 Desember 2011

mengenali remaja lewat ciri khasnya


Usia pra-remaja adalah sebuah masa atau waktu yang penuh dengan hal-hal yang ribut dan aktifitas yang kurang bercanda, lambat berkembang dan kesehatan yang tak terbatas. Anak wanita cenderung lebih mudah bertumbuh daripada anak laki-laki secara fisik, mental dan bahkan secara emosi. Pada usia 12 tahun , anak wanita lebih cepat bertumbuh selama 2 tahun tetapi setelah itu anak laki-laki akan menyusulnya bahkan sampai usia 18-19 tahun

Pertumbuhan anak Tunas Remaja sering mengejutkan, karena tiba-tiba tubuh mereka berubah cepat dan kita tidak lagi bisa mengenali mereka sebagai anak-anak. Namun demikian di balik tubuh yang bertumbuh tsb. keadaan kejiwaan mereka masih kekanak-kanakan. Hal ini sering membingungkan anak Tunas Remaja, karena meskipun mereka tidak lagi dianggap anak-anak tapi mereka belum bisa diterima di lingkungan orang dewasa. Marilah kita mengenal mereka lebih dekat:
A. Ciri Khas Secara Jasmani
1. Pertumbuhan fisik berkembang sangat pesat, sehingga mengakibatkan ketidakstabilan. Mereka merasa resah karena hal tersebut, untuk itu mereka membutuhkan perhatian dan pengertian, serta makanan yang bergizi.
2. Berat dan tinggi badan anak perempuan bertambah lebih cepat dari anak laki-laki. Rata-rata anak perempuan memang memiliki kedewasaan fisiologis dua tahun lebih cepat dibanding anak laki-laki. Baik laki-laki maupun perempuan pada usia ini amat peka akan keadaan fisik mereka. Karena itu, dalam membina hubungan yang sehat, jangan biarkan mereka (termasuk gurunya) membuat gurauan/ledekan mengenai keberadaan fisik anak-anak ini.
3. Sudah mulai mengalami proses kematangan seksual, dimana anak perempuan mulai mengalami mensturasi. Guru wanita sebaiknya mulai menyadari hal ini dengan memberikan waktu untuk berbicara secara pribadi kepada mereka, karena sering mereka malu berbicara tentang hal ini dengan orang tua mereka sendiri.
4. Pita suara semakin dewasa, yang menyebabkan suara anak laki-laki berubah. Besar kemungkinan sebagian anak laki-laki merasa malu karenanya dan enggan untuk menyanyi. Untuk itu, guru dengan bijaksana harus menyadari hal ini dan tidak memberi celaan kalau suara mereka mengganggu dalam paduan suara. Sebaliknya berikan dorongan pada mereka, tapi bukan dengan paksaan.
5. Pertumbuhan jasmani yang pesat mengakibatkan gerak-gerik anak pra-remaja menjadi kurang lincah, misalnya: mudah menumpahkan sesuatu, kakinya tersandung, dsb. Masa ini dapat menjadi masa usia dimana mereka seringkali merasa kikuk. Oleh karena itu guru sebaiknya bersikap sabar dan penuh pengertian pada mereka.
6. Memasuki masa remaja, anak-anak ini tidak lagi terlalu suka melakukan berbagai permainan/kegiatan yang menuntut aktivitas seluruh anggota tubuh mereka (seperti layaknya dilakukan oleh anak-anak usia pratama dan madya). Mereka sekarang cenderung menyukai permainan kelompok, permainan yang mempunyai peraturan tertentu serta menuntut ketrampilan. Ketrampilan, keahlian serta kemampuan fisik merupakan sesuatu yang amat penting, terutama bagi anak laki-laki.
B. Ciri Khas Secara Mental
1. Inilah usia dimana seorang anak memiliki kepekaan intelektual yang tinggi, suka mengadakan eksplorasi, diliputi perasaan ingin tahu, dan amat berminat terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Penting bagi guru untuk merancang berbagai program/aktivitas menarik yang mampu merangsang daya pikir serta kreativitas mereka.
2. Pada usia ini, seorang anak senang berdebat dan mengkritik. Mungkin kalimat yang diucapkannya kedengaran kurang sopan, namun demikianlah caranya mencari tahu mengenai dunia sekitarnya. Guru sebaiknya tidak mudah tersinggung dan marah, melainkan belajar untuk memahami dan mengenali maksud pertanyaan di balik kalimat mereka yang mungkin kedengaran sangat tidak sopan atau kasar tsb.
3. Menuntut segala sesuatu yang logis dan bisa diajak berpikir secara serius. Tapi, daya pengertian mereka masih terbatas oleh kurangnya pengalaman hidup. Diskusi terpimpin merupakan aktivitas yang disukai anak-anak usia pra-remaja. Bila memungkinkan, guru dapat menghadirkan "tokoh" ulama dalam diskusi tsb.
4. Anak pra-remaja cenderung terlalu mudah mengambil kesimpulan terhadap suatu hal, juga dalam pengambilan keputusan. Mengingat pengalaman hidup yang masih sangat terbatas, mereka masih memerlukan bimbingan dalam banyak hal. Oleh karena itu, kedekatannya dengan guru/pembimbing memainkan peranan yang sangat penting, khususnya bagi mereka yang sedang mengalami masa remaja yang penuh konflik dengan orangtua.
5. Mereka masih suka berimajinasi, tapi kali ini pikiran dan imajinasinya mendasari berbagai pengharapan dan tujuan yang ada di dalam hatinya. Seringkali mereka menjalani hidupnya menurut teladan orang-orang yang dikaguminya, kadang mereka membayangkan diri mereka menjadi seperti tokoh idolanya tersebut. Usahakan agar anak-anak usia pra-remaja ini dapat bertemu dengan orang-orang yang dapat menantangnya pada kehidupan kristen mereka yang menarik.
6. Mereka mulai peka melihat dan mengalami ketidaksinambungan yang mencolok antara kepercayaan dan praktek. Meskipun anak pra-remaja memiliki pengetahuan tentang benar dan salah, kadang-kadang kehendak mereka untuk melakukan apa yang benar -- seperti yang diyakininya, tidak ada. Untuk itu, guru harus acapkali menekankan pentingnya mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan iman percaya mereka.
C. Ciri Khas Secara Emosi
1. Emosinya tidak stabil, sebentar naik, sebentar turun. Suatu saat mereka merasa sangat senang, tapi tidak lama kemudian mereka dapat menjadi marah atau sedih. Seringkali mereka tidak dapat mengendalikan perasaan-perasaannya tersebut. Guru sebaiknya bertindak sabar dan penuh pengertian dalam membimbing mereka. Penjelasan dari sudut pandang ilmu psikologi mungkin diperlukan untuk memberikan "alasan logis" pada mereka mengenai apa yang tengah terjadi di dalam diri mereka pada usia pra-remaja ini.
2. Sering berubah dan tak menentu. Ada kalanya mereka bersukaria dan lincah, tapi ada kalanya juga bermuram durja, bahkan ingin melarikan diri dari kenyataan hidup yang tidak bisa diterimanya. Hal ini wajar terjadi dalam diri anak pra-remaja, asal tidak berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup panjang. Dalam hidupnya, memang anak-anak usia pra-remaja sering mengalami keresahan, kebimbangan, bahkan tekanan. Mereka memerlukan bimbingan dari orang dewasa yang dapat mengerti dan memahami mereka sebagaimana adanya. Mereka membutuhkan kehadiran guru yang dapat menjadi "teman baik" mereka dalam menghadapi berbagai pergumulan hidupnya.
D. Ciri Khas Secara Sosial
1. Boleh dikatakan seorang anak pra-remaja akan melakukan apa saja untuk memperoleh atau mempertahankan statusnya di dalam sebuah kelompok. Bilamana seorang anak diombang-ambingkan oleh tekanan dari teman sebaya, ia perlu sekali mengetahui apa standar mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Ia perlu diyakinkan bahwa seluruh kuasa Allah tersedia baginya untuk menolongnya mengatasi konflik pribadi tsb.
2. Hubungan antara laki dan perempuan dapat menjurus pada hal-hal yang kurang sehat, apalagi dengan pengaruh media yang ada saat ini. Akan lebih ideal bila laki-laki dibimbing oleh guru/ pembimbing pria dan anak wanita dengan guru/pembimbing wanita.
E. Ciri Khas Secara Rohani
1. Dalam menghadapi pergumulan jiwa seorang anak pra-remaja, pertahanan yang terbaik adalah melakukan suatu serangan. Jika mereka diberi kesempatan-kesempatan yang penuh tantangan untuk aktif bagi Kristus, mereka akan bertumbuh secara rohani.
2. Tidak seperti usia sebelumnya, mereka saat ini tidak lagi beribadah karena paksaan orangtua. Mereka sudah mulai memiliki pendirian dan keputusan sendiri. Oleh karena itu, guru harus dapat membangkitkan minat mereka terhadap hal-hal rohani dan menyediakan atmosfir yang menyenangkan dalam persekutuan pra- remaja, bila tidak, mereka akan segera tertarik pada kelompok lain di luar gereja yang mungkin dapat menjuruskan mereka ke hal-hal yang bertentangan dengan iman percayanya.
3. Mereka membutuhkan contoh konkrit, pengalaman yang nyata, serta relevansi pengajaran yang diterimanya dari Gereja dalam kehidupannya sehari-hari. Karena itu, berikanlah ajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan pergumulan mereka, misalnya: pengenalan diri, emosi dan kehendak, pergaulan yang sehat, penerimaan diri, dsb.
4. Memiliki banyak pertanyaan tentang kebenaran, mereka sedang mencari kebenaran yang sejati. Oleh karena itu, doronglah mereka untuk berani bertanya dan memberikan pendapat. Berikanlah bimbingan dengan sabar, dan jangan sekali-kali mengabaikan pertanyaan mereka (meski terdengar sangat konyol dan sepele bagi guru). Untuk itu guru harus banyak belajar dan berpengetahuan untuk dapat menolong mereka dengan bijaksana.
5. Dapat mengalami kehidupan yang berpusat pada Kristus. Bilamana demi Kristus, seorang anak secara pribadi memutuskan untuk melakukan apa yang diketahuinya benar walaupun ia sudah tahu bahwa konsekuensinya mungkin tidak menyenangkan, maka ia sudah mulai memasuki proses ke kedewasaan moral dan spiritual.
6. Teladan hidup orang dewasa amat penting bagi mereka. Tantangan besar bagi para pembimbing anak pra-remaja adalah menjadikan dirinya sendiri melaksanakan apa yang telah diajarkannya (walk the talk), bila tidak, kita sedang mengajarkan pada mereka untuk menjadi orang yang munafik, yang tidak memiliki integritas iman di dalam hidupnya.

Tanpa kita sadari, sebagai guru/pembimbing anak pra-remaja, kita telah memainkan peran yang sangat penting dan menentukan dalam kehidupan anak-anak itu. Seringkali, anda merupakan mata rantai penghubung yang paling vital bagi seorang anak pra-remaja, bahkan, mungkin satu-satunya!
Para orangtua yang sedang mengalami konflik dengan anaknya (bahkan, yang memiliki hubungan yang cukup harmonis) sangat membutuhkan Anda. Kesaksian Anda sebagai guru/Pembimbing anak pra-remaja dalam mengajarkan kebenaran dan iman mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan mereka.
Barangkali cuplikan pembicaraan di bawah ini dapat menguatkan Anda untuk tetap setia dan makin giat melayani anak-anak pra-remaja.

Rabu, 14 Desember 2011

sejarah turunnya al-qur'an

a href=" el-nanda.blogspot.com"> ULUMUL QUR'AN Al Quran adalah kalam Allah yang tiada tandingnya (mukjizat) , yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,penutup para nabi dan rasul dengan perantara malaikat Jibril.Dimulai dengan surat Al Fatihah dan di akhiri dengan surat An Nash,dan ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir (kepada orang banyak) serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah. Allah menurunkan Al Qur’an agar dijadikan undang-undang bagi umat manusia dan petunjuk kebenaran Rasul dan penjelas atas kenabian dan kerasulan , dan juga sebagai alasan atau hujjah di kemudian hari bahwa Al Qur’an itu benar-benar diturunkan dari zat yang bijaksana dan lagi terpuji.Nyatanya bahwa Al Qur’an adalah mukjizat abadi yang menundukkan semua genersi dan bangsa sepanjang masa. SEJARAH TURUNNYA AL QUR’AN 1.Hari Pertama Turun Al Qur’an Alqur’an adalah kalam Allah yang tiada tandingnya (mukjizat) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,penutup para nabi dan rasul dengan perantara malaikat Jibril,dimulai dengan surat alfatihah dan diakhiri dengan surat an nash. Al Quran mulai diturunkan kepada Nabi ketika Nabi sedang berkhilwat di Gua Hira pada malam Isnin,bertepatan dengan tanggal tujuh belas Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW (6 Agustus 610 M). Hal itu ditunjukkan dengan bertemunya dua pasukan yakni kaum muslimin dan musyrikin di Badar,pada tanggal 17 Ramadhan tahun kedua hijrah.Demikian pula pada bulan Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Rasul.Hal itu ditunjukkan oleh firman Allah: شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ Artinya: Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil). (QS. Al-Baqarah : 185). Sesuai dengan kemuliaan dan kebesaran Al Quran,Allah menjadikan malam permulaan turun Al Quran itu malam Al Qaddar,yaitu suatu malam yang tinggi kadarnya.Hal ini diakui oleh Al Quran sendiri. Adapun tentang kayfiyat Al Quran itu diturunkan telah terjadi silang pendapat antara para ulama.Dalam hal ini ada tiga pendapat. Pendapat yang pertama Al Quran diturunkan 2.Ayat-ayat yang Mula-mula Diturunkan Ayat yang mula-mula diturunkan kala Nabi di Gua Hira ialah Surat Al Alaq ayat 1-5. Sesudah itu Allah menurunkan surat Al Muddatstsir ayat 1-10. Wahyu itu pun berhenti,tidak turun lagi.Menurut pendapat Ibn Ishaq,tiga tahun lamanya wahyu tidak diturunkan.Dalam pada itu ada yang mengatakan selama dua tahun setengah.Ada yang mengatakan selama empat puluh hari.Ada yang mengatakan selama lima belas hari,sebagaimana ada yang mengatakan selama tiga hari saja.Setelah Nabi merasa sangat kecewa karena tidak turun wahyu yang sangat dirindukannya,turunlah surat Adl Dluha.Ini merupakan surat ketiga yang diturunkan dalam tahun yang ketiga dari kebangkitan Nabi. Sesudah itu baharulah terus beriring-iring Al Quran diturunkan menurut kejadian-kejadian yang memerlukannya dan tidak pernah lagi putus. Pada permulaan tahun yang keempat dari kebangkitannya,barulah Rasullah memulai tugasnya menjalankan dakwah secara terang-terangan yaitu memanggil ummat ke dalam agama yang dibawanya dengan cara terbuka dan tidak lagi bersembunyi-sembunyi guna memenuhi kehendak surat Al Hajr ayat 94. 3.Hari Terakhir Turun Al Quran dan Tempatnya Kebanyakan ulama menetapkan bahwa hari terakhir turunnya Al Quran adalah hari Jum’at 9 Dzulhijah tahun 10 Hijriah,atau tahun 63 dari kelahiran Nabi (Maret 632 M). Pada saat itu Nabi sedang berwuquf di Padang Arafah,mengerjakan hajji yang terkenal dengan Haji Wada’.Kebanyakan ulama Tafsir menetapkan bahwa sesudah hari itu Al Quran tak lagi diturunkan untuk menerangkan hukum dan Nabi pun hidup sesudahnya selama 81 malam saja lagi.Ahli Tarikh menetapkan bahwa Nabi kita hidup sesudahnya selama tiga bulan lebih kurang.Sebagaimana diketahui bahwa Rasulullah wafat pada hari Isnain tanggal 12 Rabi’ul awal tahun 11 Hijriah (7 Juni 632 M). 4.Cara-cara Al Quran Diturunkan Al Quran diturunkan sedikit demi sedikit,berangsur-angsur,bukan sekaligus semuanya.Memang sudah diperoleh kenyataan dari pemeriksaan yang lengkap,bahwa Al Quran itu diturunkan menurut keperluan: lima ayat,sepuluh ayat,kadang-kadang lebih dan kadang-kadang diturunkan hanya setengah ayat. Ayat-ayat yang sepuluh ayat sekali turunnya,ialah: ayat-ayat yang menerangkan kisah tuduhan terhadap Aisyah dalam surat An Nur dan ayat-ayat yang di permulaan surat Al Mu’minin. Kata An Nakhrawy dalam kitab Al Waqaf “Al Quran itu diturunkan bercerai-cerai,satu ayat,dua ayat,tiga ayat,empat ayatdan lebih banyak dari itu”.Diriwayatkan oleh Al Baihaqy dari Khalid Ibn Dinar,ujarnya:’Abul Aliyah berkata:pelajarilah Qur’an lima ayat-lima ayat,karena Nabi menerimanya dari Jibril lima ayat-lima ayat,yakni Jibril menyampaikannya kepada Nabi sejumlah itu.Sesudah Nabi menghafalnya,barulah disampaikan yang lain. Kata setengah ulama:Diantara ayat-ayat Al Quran,ada yang diturunkan bercerai-cerai,ada yang diturunkan berkumpul-kumpul.Bgian pertama itu lebih banyak.Contohnya dalam surat-surat pendek.Iqra’bismirabbika.Pada permulaan diturunkan hanya sampai kepada malam ya’lam.Contoh yang diturunkan berkumpul,yakni sepenuh surat diturunkan sekaligus ialah surat Al Fatihah,Al Ikhlas,Al Kautsar,Tabbat,Lam Yakun,An Nashr dan Al Mu’auwidzatani. Di antara surat yang panjang yang diturunkan sekaligus ialah surat Al Mursalat. 5.Jangka Waktu Turunnya Al Qur’an Antara permulaan turun Al Qur’an dengan penghabisannya,lamanya dua puluh tahun atau dua puluh tiga tahun,atau dua puluh lima tahun.Ini berdasar pada perselisihan tentang berapa lama Nabi bermukim di Makkah sesudah beliau diutus.Dalam pada itu mereka semua sepakat menetapkan , bahwa lama Nabi bermukim di Madinah sepuluh tahun. Al Ustaz Al Khudlary dalam Tarikh Tasyri’ menetapkan bahwa lama tempo Nuzulul Qur’an dari permulaan sampai penghabisan , dua puluh dua tahun dua bulan dua puluh dua hari,yakni dari malam tujuh belas Ramadhan tahun 41 dari milad Nabi,hingga 9 dzulhijah hari haji akbar tahun kesepuluh dari hijrah,atau tahun 63 dari milad Nabi. 6.Tahap-tahap Turunnya Al Qur’an Masa turun Al Quran dibagi dalam 2 tahap yang masing-masingnya mempunyai corak sendiri. Pertama – Masa nabi bermukim di Makkah , selama 12 tahun 5 bulan 13 hari,dari 17 Ramadhan tahun 41 dari milad hingga awal Rabi’ul Awwal tahun 54 dari milad Nabi. Seluruh surah yang turun di Makkah itu disebut Makkiyah. Kedua – Yang diturunkan sesudah Hijrah , yaitu selama 9 tahun 9 bulan 9 hari,dari permulaan Rabbi’il Awal tahun 54 dari Milad Nabi , hingga 9 Dzulhijah tahun 63 dari Milad Nabi,atau tahun 10 Hijrah. Semua yang turun di Madinah , disebut Madaniyah. Pengertian Al-Qur’an Al-Qur’an menurut bahasa berasal dari kata kerja yaitu yang berarti bacaan. Kata Al-Qur’an adalah isim masdar dengan arti isim maf’ul, yaitu yang dibaca, karena bukan saja Al-Qur’an yang harus dibaca oleh manusia, tetapi juga karena dalam kenyataannya selalu dibaca oleh yang mencintainya, baik pada waktu shalat maupun di luar shalat. Kata Al-Qur’an dengan arti tersebut (bacaan), banyak dijumpai dalam Al-Qur’an sendiri. Sedangkan menurut istilah menurut Syaikh Muhammad Khudlari Beik, Al-Qur’an ialah kalam Allah yang disampaikan dalam bahasa Arab, diturunkan secara berangsur-angsur melalui malikat Jibril AS. Kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat, disampaikan kepada kita penganutnya secara mutawatir, yang telah tertulis dalam Mushaf Usmani dan telah dihafalkan secara baik oleh umat Islam sejak masa Nabi Muhammad SAW hidup sampai akhir zaman, dimulai surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, merupakan ibadah bagi yang membacanya dan kafir bagi yang mengingkarinya. C. Fungsi dan Tujuan Al-Qur’an Diturunkan 1. Sebagai Petunjuk Bagi Manusia Fungsi Al-Qur’an ialah sebagai petunjuk atau hidayah bagi manusia. Namun demikian bahwa manusia yang mendapat petunjuk dari Al-Qur’an ialah orang-orang yang mau brtakwa kepada Allah SWT, beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rizkinya untuk fakir miskin dan amal lainnya, sekaligus percaya akan kitab-kitab Allah baik yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ( Al-Qur’an ) maupun kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi-Nabi sebelumnya, seperti Taurat, Zabur, dan Injil. 2. Sebagai Sumber Pokok Ajaran Islam Al-Qur’an adalah hujjah bagi umat manusia dan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya wajib dipatuhi. Tak ada khilaf sedikitpun diantara umat islam bahwa Al-Qur’an itu sebagai sumber pokok ajaran islam. Dari Al-Qur’anlah diambil segala pokok syari’at dan cabang-cabangnya, juga dari Al-Qur’anlah dalil-dalil syar’i mengambil kekuatan. Dengan demikian jelas bahwa Al-Qur’an merupakan dasar pokok bagi ajaran islam dan mencakup segala hukum. 3. Sebagai Pemberi Peringatan dan Pelajaran Bagi Manusia Al-Qur’an diturunkan mengandung fungsi yang amat positif, diantaranya ialah sebagai pemberi peringatan dan pelajaran bagi manusia. Kita sadari bahwa manusia mempunyai sifat pelupa dan salah, disamping adanya fitrah untuk berlaku jujur dan sebagai makhluk yang cerdas / suka berfikir. Untuk membimbing umat manusia agar jangan sampai senantiasa bersalah dan bergelimang dalam perilaku yang merusak kehidupan umat manusia dan lingkungannya, dalam rangka mengarah kehidupan yang selektif demi mencapai kesejahteraan hidup dunia akhirat, maka Al-Qur’an diturunkan untuk kita pedomani, yang penuh dengan peringatan dan berbagai ajaran kebaikan bagi kita. D.HIKMAH AL QUR’AN DITURUNKAN BERANGSUR-ANGSUR Dalam masa antara tanggal 17 Ramadhan tahun 41 dari milad Rasul adalah permulaan turunnya wahyu,sampai beberapa hari sebelum wafat beliau saw yang tidak lebih dari 81 hari dan tidak kurang sepuluh hari dari dari wafat beliau adalah terakhir turunnya wahyu,yaitu sekitar 21 tahun dan yang lebih shoheh 18 tahun dengan tidak menhitung vacumnya wahyu selama tiga tahun dimana Al Quran ini berangsur-angsur memberi syariat kepada manusia dengan mengiringi peristiwa-peristiwa,menjawab dan menjelaskan.Sebagaimana disebutkan: وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا Artinya: Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. Hikmah Allah memutuskan demikian ini dengan tujuan mengalihkan dari beberapa aqidah kepada satu aqidah,mengeluarkan mereka dari berhala kepada agama,dari sangkaan dan dugaan kepada kebenaran serta dari tidak iman kepada keimanan. Itulah langkah pertama , dan termasuk bijaksana di dalamnya adalah memulai serta serta menyuguhkan dakwah sehingga ketika orang-orang telah berhimpun di jalan Allah barulah dakwah itu menuntut mereka dengan sesuatu yang telah dipelihara oleh iman mereka,maka dakwah itu membebani mereka dengan ibadah-ibadah dan mengharuskan mereka dengan kewajiban-kewajiban.Sedangkan orang-orang tidak mengindahkan terhadap apa yang telah disungguhkan kepada mereka,mereka bisu,tidak bercakap-cakap,buta dan tidak melihat. Hikmah atau rahasia Al Quran diturunkan berangsur-angsur adalah sebagai yang dijelaskan oleh Abu Syamah dalam Al Mursyidul Wajiz.Bila orang bertanya,apakah rahasia yang terkandung dalam menurunkan Al Quran berangsur-angsur dan mengapa tidak sekaligus semuanya sebagai keadan kitab-kitab Samawy yang lain?”,maka kami menjawab : ”Peratanyaan yang demikian itu telah dijawab Allah sendiri dalam firmanNya : Dan berkatalah segala orang kafir:apakah gerangan sebabnya tiada diturunkan Al Quran sekaligus semuanya?” (S 25: Al Furqan ayat 32). Mereka bermaksud,mengapa Alquran tidak diturunkan sebagaimana diturunkannya kitab-kitab yang lain? Tuhan berfirman : “Sedemikian (Kami turunkan dia berangsur-angsur) untuk Kami kuatkan dengan dia hati engkau.” (S.25: Al Furqan ayat 32). Wahyu itu apabila diturunkan pada tiap-tiap waktu ada kejadian,teguhlah hati orang menerimanya dan mereka tidak merasa jemu. E.PENULISAN AL QUR’AN Pada masa Nabi wahyu yang diturunkan oleh Allah kepadanya tidak hanya di eksprersikan dalam betuk hafalan tapi juga dalam bentuk tulisan .Sekretaris Pribadi Nabi yang bertugas mencatat wahyu yaitu Abu Bakar, Umar bin Khatab, Khalid Bin Walid dan Mua`wiyah Bin Abi Sofyan. Mereka menggunakan alat tulis sederhana yaitu lontaran kayu, pelepah kurma., tulang-belulang dan batu. Factor yang mendorong penulisan Al-Quran pada masa Nabi yaitu : 1. Membukukan hafalan yang telah dilakukan oleh Nabi dan para Sahabat 2. Mempersentasikan wahyu dengan cara yang paling sempurna F. PENULISAN AL-QURAN PADA MASA KHULAURRASYIDIN Pada masa Khalifah Abu Bakar beliau memerintahkan untuk mengumpulkan wahyu-wahyu yang tersebar, kedalam satu mushaf, Usaha pengumpulan ini dilakukan setelah terjadi perang Yamamah pada 12 H yang telah menggugurkan nyawa70 orang penghafal Al-Quran . Akibat dari kekhawatiran atas kelestarian Al-Quran , maka dipercayakan Zaid bin tsabit untuk mengumpulkan wahyu tersebut. Usaha pengumpulan tersebut selesai dalam waktu ± 1 tahun yaitu pada 13 H. Kemudian pada masa khalifah Usman bin Affan terjadi perselisihan paham tentang perbedaan cara baca Al-Quran yang sudah berada pada titik yang menyebabkab umat Islam saling menyalahkan yang pada akhirnya menyebabkan perselisihan . Akibat peristiwa tersebut , timbul lah inisiatif khaalifah Usman untuk mengumpulkan Al-Quran. Orang yang melakukan resensi Al-Quran adalah ; Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Alsh dan Abdurrahman bin Al- Harish . Dengan demikian suatu naskah absah Al-Quran yang disebut Mushaf Usmani telah diterapakan dan salinan nya di bagi beberapa wilayah utama daerah Islam. G. Penyempurnaan Penulisan Al Qur’an Setelah Masa Khalifah Mushaf yang ditulis pada masa khalifah Usman tidak memiliki harakat dan tanda titik, sehingga orang non arab yang memeluk islam merasa kesulitan membaca mushaf tersebut Oleh karena itu pada masa khalifah Abd Al-Malik ( 685-705 ) dilakukan penyempurnaan oleh dua tokoh berikut : 1. Ubaidilllah bin ziyad Melebih kan Alif sebagai pengganti dari huruf yang di nuang. 2. Al-Hajjad bin yusuf Ats- Tsaqafi Penyempurnaan mushaf Usmani pada sebelas tempat yang memudahkan pembaca mushaf.Orang yang pertama kali meletakkan tanda titik pada mushaf Usmani ; Abu Al-Aswad Ad- Du`Ali , Yahya Bin Ya`Mar, Nashr Bin Asyim Al-Laits Orang yang pertama kali meletakkan hamzah , tasdid, arrum dan Al-Isyamah adalah ; al-Khalid bin Ahmad Al- Farahidi Al-Azdi Proses pencetakan Al-Quran; 1. Pertama kali di cetak di Bundukiyyah pada 1530 M 2. Hinkalman pada masa 1694 M di Hamburg ( jerman ) 3. Meracci pada 1698 M di paduoe 4. Maulaya Usman di sain Peter buorgh, Uni Sovyet ( Label Islami ) 5. Terbit cetakan di Kazan 6. Iran pada 1248 H / 1828 kota Taheran 7. Ta`di Tabriz pada 1833 8. Ta`di leipez, Jerman pada 1834